PART III
Vita
menunggu teman-temannya, di meja kantin, karena hari ini ia sendiran, Aurel
belum keluar dari kalasnya karena nggak
sekelas, Vita juga nggak tau
kenapa, sementara Icha? dia belum selesai mengerjakan ulangan yang di berikan
pak aldo.
"hei,
sendirian aja?" tanya Haviz yang nggak tau
kapan datangnya, dan duduk di samping Vita.
Ehh iyaa"" jawab Vita sambil tersenyum ke
arah Haviz, cowok yang sangat di sukainya.
"Aurel
mana?" tanya Haviz lagi, dan membuat Vita menghentikan senyumannya lalu
meminum air minumnya untuk menenangkan dirinya.
"belum
keluar" jawabnya singkat.
"kenapa?"
tanya Haviz, Vita hanya mengangkat bahunya tanda nggak tau "kalau Icha?" tanyanya.
"masih
di kelas, dia belum selesai ngerjain ulangan" jawab Vita.
"emmm,
gimana sama..."
"salam
lo?" potong Vita, Haviz langsung mengangguk "tenang aja, udah gue
sampein kok, dan dia seneng banget" jawabnya dengan menahan rasa sebel
yang tiba-tiba muncul karena Haviz langsung tersenyum mendengar jawabannya.
"dia
bilang apa?" tanya Haviz dengan semangat.
"yaa
dia seneng banget, juga kirim salam balik 'lo tambah keren' katanya..."
jawab Vita.
"waw,
reaksinya?" tanya Haviz, yang lebih menharap dapat melihat keanehan dalam diri
Vita, tapi sepertinya nggak
berhasil karena Vita bisa menyembunyikan perasaannya, Vita berusaha untuk
tersenyum agar Haviz tidak mengetahuinya.
"yaaa
dia seneng, pokoknya seneng banget deh" jawab Vita.
"lalu,
perasaan lo?..."
"apa?!
perasaan gue?" tanya Vita bingung.
"eh,
nggak. maksud gue... emmm, pesenan, bukan
perasaan. lo salah denger kali, gue nanya lalu pesenan lo apa?" ralat
Haviz gugup.
"pesenanan????"
"ia,
lo mau pesen apa, biar gue yang pesenin, atau loe seperti biasanya, mi so sama
seperti gue?" tanya Haviz mengalih kan pembicaraan.
"emmm,
okey, nggak masalah" jawab Vita sambil tersenyum
meski masih sedikit bingung.
"
ya udah, bentar ya, gue
pesen dulu..." kata Haviz dan beranjak meninggalkan Vita sendiri, yang
tambah bingung melihat kelakukannya.
"aduuuh
sumpah bingung banget..." kata seseorang yang baru datang, dan langsung
duduk di samping Vita, Vita menoleh.
"lho
cha, gimana sama ulangan lo kali ini? sukses?" tanya Vita.
"sukses
apaan? yang ada itu ancur tau nggak. gagal
total. elo sih nggak mau
bantuin gue..."
"yaaah,
kan loe tadi lihat sendiri, pak aldo langsung meminta kertas jawaban gue dan
meminta gue keluar duluan setelah mengetahui gue udah selesai, padahal baru aja
gue nutup pena ..."
"emang
ya tu orang, matanya kemana-mana lihat aja, mana soalnya susah banget
lagi" kata Icha dengan sebel.
"udah
lah, jangan di fikir lagi, ntar lo jadi makin pusing..."
"heemmmm,
eh elo sendirian aja nih?" tanya Icha.
"nggax
ah, gue sama Haviz" jawan Vita sambil tersenyum.
"Haviz?
mana orangnya?" tanya Icha sambil celingukan.
"lagi
pesen makanan" jawab Vita, sambil menyeruput es nya.
"elo
suka sama Haviz ya?"
tanya Icha tiba-tiba yang tentu saja mengagetkan Vita.
"uhuk...
uhuk..." Vita langsung tersedak.
"eh
Vit, lo kanapa?" tanya Icha khawatir.
"emmm,
gue nggak apa-apa kok" jawab Vita, dan mengambil
tissue untuk mengelap mulutnya yang basah "emmm, siapa bilang gue suka
sama Haviz" kilah Vita.
"lho,
semuanya udah bisa melihat kaleee, loe itu memandang Haviz dengan cara yang
berbeda, dan pastinya pandangan gue bener donk"
"gue...
gue nggak kok..."
"ya
elah, hari gini masih ngebohong sama gue, ya nggak bisa
lah non, udah loe ngaku aja... lagian sejak kapan sih, di antara kita ada
rahasia-rahasiaan seperti ini..." kata Icha, dan Vita langsung terdiam.
"Aurel
suka sama Haviz" jawab Vita sambil menunduk sedih.
"jadi?!"
"ya
nggak mungkin dong gue
menyakitinya..."
"cinta
itu kan nggak ada di paksain, jadi loe nggak salah kalau suka sama Haviz" kata Icha.
"tapi,
gue nggak mau melukai sahabat gue sendiri, dia pasti
bakal sedih... dan..."
"kenapa?
belum tentu kan Haviz suka sama Aurel, yaaa bisa aja dia suka sama lo..."
"sayangnya
Haviz sukanya sama Aurel, dan gue ngga bisa berbuat apa-apa lagi, mereka saling
menyukai gue ngga mungkin merusaknya"
"yaaa
kali aja mereka cuma deket, nggak beneran
suka. cuma sesama temen aja"
"apa
ada temen yang seperti mereka, kemarin Haviz
kirim salam sama Aurel dan Aurel juga melakukan hal yang sama"
"dari
mana lo tau, kali aja itu cuma gosip"
"ya
tau lah, dan itu ngga mungin cuma gosip, orang mereka membuat gue yang jadi pos
nya"
"pos?!
maksud lo..."
"mereka
minta tolong gue untuk menyampaikannya, jadi itu bukan gosip lagi..."
"atau
ngga mereka sengaja membuat ini, hanya untuk membuat elo cemburu, and mengaku
kalau lo suka sama Haviz"
"apa
untungnya buat mereka, lagian itu ngga mungkin, Haviz ngga pernah menunjukkan
kalau dia suka sama gue, dan lo jangan membuat gue penuh berharap" kata
Vita.
"kenapa
lo ngga coba memberi tau Haviz aja"
"gila
lo, gue ngga mungkin mengakuinya, kan Aurel itu sahabat gue sendiri, gue ngga mungkin tega menyakitinya, lagian kalau
memang mereka cuma mau mengetahui kalau gue suka sama Haviz, kan gampang banget,
tinggal mereka tanya sama lo"
"tanya
sama gue?" Icha bingung.
"ia,
tanya sama lo, lo kan pinter, tau apa yang sebenernya terjadi, padahal gue
nggax pernah bilang sama siapa pun kalau gue suka sama Haviz, tapi elo bisa
tau"
"jadi
loe beneran suka sama Haviz?" tanya Icha kaget.
"elo
ngga tau..." Vita kaget, Icha langsung menggeleng "tapi tadi..."
"gue
cuma ngasal aja"
"jadi
lo beneran ngga tau?" Vita makin kaget, Icha menggeleng yang membuat Vita
jadi sebel.
"kalau
lo suka kenapa ngga bilang aja ke orangnya langsung"
"diem
lo" Vita sewot
"lho
kok jadi sewot sih?" tanya Icha heran, Vita langsung berdiri dan siap mau
pergi karena sebel and malu, tapi..."
"Vit,
Vit... Vita... tunggu" kata Haviz yang baru datang dengan nampan di tangan
dan langsung menahan Vita "lo mau kemana?" tanyanya setelah
meletakkan nampan diatas meja.
"kelas"
jawab Vita cuek.
"lho
kok kelas sih? gue kan baru pesenin loe makanan, dan elo belum makan apa-apa
masa' udah mau pergi sih..."
"ya
karena gue ngga laper,..."
"jadi
ini makanannya..."
"loe
makan aja sendiri, atau loe kasi Aurel tuh, kalau ngga Icha kan ada" jawab
Vita makin sewot dan terus melangkah meninggalkan cantine, yang membuat Haviz
jadi bingung.
"kenapa
dia?" tanya Haviz sambil duduk di samping Icha.
"tau...
mungkin cemburu, eh ini buat gue kan... gue laper banget nih" kata Icha
dan mengambil semangkok mi so di depan Haviz.
"cemburu?"
tanya Haviz kaget "sama siapa?"
"elo
and Aurel kali..." jawab Icha dan menambahkan saus ke
mangkok mi so nya, juga kicap serta sambal.
"beneran
lo?" Haviz jadi semangat.
"yeee
gue bilang kan tadi mungkin, ya itu kali aja, ngga tau deh bener apa
enggaknya" kata Icha dan menikmati makanannya.
"ooh..."
balas Haviz lemes, dan memakan mi so nya yang terasa hambar (ya iya lah kan
tadi belum di kasih
apa-apa).