Kamis, 07 November 2013

PENYESALAN SELALU DI AKHIR

PART III
Vita menunggu teman-temannya, di meja kantin, karena hari ini ia sendiran, Aurel belum keluar dari kalasnya karena nggak sekelas, Vita juga nggak tau kenapa, sementara Icha? dia belum selesai mengerjakan ulangan yang di berikan pak aldo.
"hei, sendirian aja?" tanya Haviz yang nggak tau kapan datangnya, dan duduk di samping Vita.
Ehh iyaa"" jawab Vita sambil tersenyum ke arah Haviz, cowok yang sangat di sukainya.
"Aurel mana?" tanya Haviz lagi, dan membuat Vita menghentikan senyumannya lalu meminum air minumnya untuk menenangkan dirinya.
"belum keluar" jawabnya singkat.
"kenapa?" tanya Haviz, Vita hanya mengangkat bahunya tanda nggak tau "kalau Icha?" tanyanya.
"masih di kelas, dia belum selesai ngerjain ulangan" jawab Vita.
"emmm, gimana sama..."
"salam lo?" potong Vita, Haviz langsung mengangguk "tenang aja, udah gue sampein kok, dan dia seneng banget" jawabnya dengan menahan rasa sebel yang tiba-tiba muncul karena Haviz langsung tersenyum mendengar jawabannya.
"dia bilang apa?" tanya Haviz dengan semangat.
"yaa dia seneng banget, juga kirim salam balik 'lo tambah keren' katanya..." jawab Vita.
"waw, reaksinya?" tanya Haviz, yang lebih menharap dapat melihat keanehan dalam diri Vita, tapi sepertinya nggak berhasil karena Vita bisa menyembunyikan perasaannya, Vita berusaha untuk tersenyum agar Haviz tidak mengetahuinya.
"yaaa dia seneng, pokoknya seneng banget deh" jawab Vita.
"lalu, perasaan lo?..."
"apa?! perasaan gue?" tanya Vita bingung.
"eh, nggak. maksud gue... emmm, pesenan, bukan perasaan. lo salah denger kali, gue nanya lalu pesenan lo apa?" ralat Haviz gugup.
"pesenanan????"
"ia, lo mau pesen apa, biar gue yang pesenin, atau loe seperti biasanya, mi so sama seperti gue?" tanya Haviz mengalih kan pembicaraan.
"emmm, okey, nggak masalah" jawab Vita sambil tersenyum meski masih sedikit bingung.
" ya udah, bentar ya, gue pesen dulu..." kata Haviz dan beranjak meninggalkan Vita sendiri, yang tambah bingung melihat kelakukannya.
"aduuuh sumpah bingung banget..." kata seseorang yang baru datang, dan langsung duduk di samping Vita, Vita menoleh.
"lho cha, gimana sama ulangan lo kali ini? sukses?" tanya Vita.
"sukses apaan? yang ada itu ancur tau nggak. gagal total. elo sih nggak mau bantuin gue..."
"yaaah, kan loe tadi lihat sendiri, pak aldo langsung meminta kertas jawaban gue dan meminta gue keluar duluan setelah mengetahui gue udah selesai, padahal baru aja gue nutup pena ..."
"emang ya tu orang, matanya kemana-mana lihat aja, mana soalnya susah banget lagi" kata Icha dengan sebel.
"udah lah, jangan di fikir lagi, ntar lo jadi makin pusing..."
"heemmmm, eh elo sendirian aja nih?" tanya Icha.
"nggax ah, gue sama Haviz" jawan Vita sambil tersenyum.
"Haviz? mana orangnya?" tanya Icha sambil celingukan.
"lagi pesen makanan" jawab Vita, sambil menyeruput es nya.
"elo suka sama Haviz ya?" tanya Icha tiba-tiba yang tentu saja mengagetkan Vita.
"uhuk... uhuk..." Vita langsung tersedak.
"eh Vit, lo kanapa?" tanya Icha khawatir.
"emmm, gue nggak apa-apa kok" jawab Vita, dan mengambil tissue untuk mengelap mulutnya yang basah "emmm, siapa bilang gue suka sama Haviz" kilah Vita.
"lho, semuanya udah bisa melihat kaleee, loe itu memandang Haviz dengan cara yang berbeda, dan pastinya pandangan gue bener donk"
"gue... gue nggak kok..."
"ya elah, hari gini masih ngebohong sama gue, ya nggak bisa lah non, udah loe ngaku aja... lagian sejak kapan sih, di antara kita ada rahasia-rahasiaan seperti ini..." kata Icha, dan Vita langsung terdiam.
"Aurel suka sama Haviz" jawab Vita sambil menunduk sedih.
"jadi?!"
"ya nggak mungkin dong gue menyakitinya..."
"cinta itu kan nggak ada di paksain, jadi loe nggak salah kalau suka sama Haviz" kata Icha.
"tapi, gue nggak mau melukai sahabat gue sendiri, dia pasti bakal sedih... dan..."
"kenapa? belum tentu kan Haviz suka sama Aurel, yaaa bisa aja dia suka sama lo..."
"sayangnya Haviz sukanya sama Aurel, dan gue ngga bisa berbuat apa-apa lagi, mereka saling menyukai gue ngga mungkin merusaknya"
"yaaa kali aja mereka cuma deket, nggak beneran suka. cuma sesama temen aja"
"apa ada temen yang seperti mereka, kemarin Haviz kirim salam sama Aurel dan Aurel juga melakukan hal yang sama"
"dari mana lo tau, kali aja itu cuma gosip"
"ya tau lah, dan itu ngga mungin cuma gosip, orang mereka membuat gue yang jadi pos nya"
"pos?! maksud lo..."
"mereka minta tolong gue untuk menyampaikannya, jadi itu bukan gosip lagi..."
"atau ngga mereka sengaja membuat ini, hanya untuk membuat elo cemburu, and mengaku kalau lo suka sama Haviz"
"apa untungnya buat mereka, lagian itu ngga mungkin, Haviz ngga pernah menunjukkan kalau dia suka sama gue, dan lo jangan membuat gue penuh berharap" kata Vita.
"kenapa lo ngga coba memberi tau Haviz aja"
"gila lo, gue ngga mungkin mengakuinya, kan Aurel itu sahabat gue sendiri, gue ngga mungkin tega menyakitinya, lagian kalau memang mereka cuma mau mengetahui kalau gue suka sama Haviz, kan gampang banget, tinggal mereka tanya sama lo"
"tanya sama gue?" Icha bingung.
"ia, tanya sama lo, lo kan pinter, tau apa yang sebenernya terjadi, padahal gue nggax pernah bilang sama siapa pun kalau gue suka sama Haviz, tapi elo bisa tau"
"jadi loe beneran suka sama Haviz?" tanya Icha kaget.
"elo ngga tau..." Vita kaget, Icha langsung menggeleng "tapi tadi..."
"gue cuma ngasal aja"
"jadi lo beneran ngga tau?" Vita makin kaget, Icha menggeleng yang membuat Vita jadi sebel.
"kalau lo suka kenapa ngga bilang aja ke orangnya langsung"
"diem lo" Vita sewot
"lho kok jadi sewot sih?" tanya Icha heran, Vita langsung berdiri dan siap mau pergi karena sebel and malu, tapi..."
"Vit, Vit... Vita... tunggu" kata Haviz yang baru datang dengan nampan di tangan dan langsung menahan Vita "lo mau kemana?" tanyanya setelah meletakkan nampan diatas meja.
"kelas" jawab Vita cuek.
"lho kok kelas sih? gue kan baru pesenin loe makanan, dan elo belum makan apa-apa masa' udah mau pergi sih..."
"ya karena gue ngga laper,..."
"jadi ini makanannya..."
"loe makan aja sendiri, atau loe kasi Aurel tuh, kalau ngga Icha kan ada" jawab Vita makin sewot dan terus melangkah meninggalkan cantine, yang membuat Haviz jadi bingung.
"kenapa dia?" tanya Haviz sambil duduk di samping Icha.
"tau... mungkin cemburu, eh ini buat gue kan... gue laper banget nih" kata Icha dan mengambil semangkok mi so di depan Haviz.
"cemburu?" tanya Haviz kaget "sama siapa?"
"elo and Aurel kali..." jawab Icha dan menambahkan saus ke mangkok mi so nya, juga kicap serta sambal.
"beneran lo?" Haviz jadi semangat.
"yeee gue bilang kan tadi mungkin, ya itu kali aja, ngga tau deh bener apa enggaknya" kata Icha dan menikmati makanannya.

"ooh..." balas Haviz lemes, dan memakan mi so nya yang terasa hambar (ya iya lah kan tadi belum di kasih apa-apa).

Selasa, 05 November 2013

PENYESALAN SELALU DI AKHIR

PART II
Begitu bel tanda pulang berbunyi, anak-anak pada berebutan untuk pulang, begitu juga Vita, ia mengemasi barang-barangnya yang di atas meja, dan memasuk kan ke dalam tas, setelah keluar dari kelasnya tiba-tiba ada yang memanggilnya, Vita menoleh mencari asal suara, dan tak jauh darinya, tampak Haviz yang berlari mengejarnya...
"Vita. lo tadi kemana aja?" tanya Haviz begitu tiba di dekat Vita.
"gue... emmm, ada urusan" jawab Vita "emmm, sorry deh gue nggak bisa makan bareng kalian tadi, eh gimana kalau lain kali aja..." lanjutnya.
"nggak masalah..." jawab Haviz sambil tersenyum.
"oh, emmm, loe ke sini, nemuin gue, cuma mau nanyain kenapa gue nggak makan di kantin tadi?" tanya Vita seneng, karena itu berarti Haviz mengkhuatir kannya.
"iya... eh enggak" jawab Haviz sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"oh enggak ya?" tanya Vita sedikit kecewa "kalau gitu lo mau nanyain apa lagi ke gue?" tanya nya.
"emmm, gue mau nanya... ini... emmm, , gimana salam gue, udah di sampein ke Aurel?" jawab Haviz setelah mikir beberapa saat.
"salam? penting banget ya?" tanya Vita, Haviz bingung mau jawab apa "ah gue tau, sorry gue cuma bercanda... pasti penting banget buat elo..."
"emmm, sebenernya..."
"sorry ya gue belum bilang" potong Vita dengan menahan ke sedihannya "loe kan tau, gue sama dia nggak selokal, jadi gue belum ketemu sama dia, ntar deh kalau gue udah ketemu sama dia, pasti gue sampein,..." lanjut nya sambil berusaha untuk tersenyum.
"oh, emm, nggak apa-apa kok" balas Haviz.
"eh lo cuma mau ngomong itu aja kan? emmm, sorry ya gue mau pulang, udah siang kan..." kata Vita buru-buru sambil melirik jam tangannya.
"eh lo udah mau pulang ya, emmm mau bareng gue?" tanya Haviz.
"....., gue kan bawa mobil" jawab Vita.
"eh ia, gue... lupa. emmm ya udah lo kalau mau pulang, pulang aja dulu"
"okey, tapi sebelum nya gue boleh nanya nggak?"
"apa itu?" tanya Haviz semangat.
"kenapa lo minta gue yang sampain, gue kan jauh lokal nya sama dia, kenapa nggak lo minta sama temen se lokal nya aja?" tanya Vita.
"emmm, awalnya sih mau gitu, tapi gue fikir lebih baikan sama lo deh"
"oh ya, kenapa?" tanya Vita.
"yaaa gue fikir kalau lo... kan... emmm, ha, lo kan temen deketnya, jadi loe lebih mudah, dan lo juga kan temen deket gue, jadi gue nggak terlalu merasa nggak enak sama lo..."
"oh gitu ya?"
"kenapa? lo keberatan ya?" tanya Haviz.
"eh e enggak kok, gue sama sekali nggak keberatan. emmm, Aurel pasti seneng banget dapat salam dari lo, lo tenang aja gue pasti bakal menyampaikannya... emmm udah ya gue pulang..." kata Vita dan melangkah pergi.
"i iya..." jawab Haviz dan memperhatikan Vita dari belakang "eh Vit..." teriak Haviz, Vita menghentikan langkahnya dan menoleh.
"ada apa?" tanya Vita.
"hati-hati ya,...." kata Haviz dengan tersenyum.
"okey..." jawab Vita sambil tersenyum, dan kembali melangkah meninggalkan campus menuju ke pakiran untuk pulang.
"waw... senyumannya emang bener-bener manis..." kata Haviz setelah kepergian Vita.
Vita mengambil mobil nya dan membawanya, tapi belum jauh meninggalkan campus, Vita mengerem mobilnya begitu melihat seorang cewek yang berjalan sendiri, Vita membuka kaca mobilnya setelah menusap air matanya terlebih dahulu.
"Aurel? Lo kok jalan sendiri?" tanya Vita.
"yaaa abis gue nungguin sopir nggak nongol-nongol juga, palingan juga belum pulang nganterin mama arisan, yaaa dari pada gue kurus gara-gara di gigitin nyamuk mendingan gue jalan kaki, yaaa itung-itung olahraga"
"kan rumah lo jauh"
"yaa abis mau gimana lagi?"
"ya udah lo bareng gue aja, yuk naik" ajak Vita.
"lo nggak keberatan?"
"kalau lo minta gendong baru gue keberatan, tapi kalau loe naik mobil, sepertinya mobil gue juga nggak. gini-gini mobil gue bisa menampung empat orang kayak lo, jadi kalau cuma satu sih, pasti dia nggak keberatan, lagian lo nya juga nggak berat-berat amat" terang Vita panjang lebar.
"oh gitu... emmm, ya udah deh..." jawab Aurel dan masuk mobil Vita, Vita membawanya pulang. di perjHavizan mereka ngobrol lagi.
"Eh, tadi lo kemana?" tanya Aurel.
"tadi?" Vita balik nanya.
"ia, tadi... kok nggak ke kantin lagi?" jawab Aurel.
"oh gue... emmm, ada urusan. ia ada urusan... emang lo tau dari mana gue nggak ke kantin lagi?" tanya Vita.
"Haviz yang ngomong"
"Haviz?!"
"ia. Haviz, sama Icha juga..." jawab Aurel.
"0oh...., emmm, tadi... Haviz kirim salam... sama lo..." kata Vita dengan mau nggax mau.
"Haviz?!"Aurel kaget.
"ia. Haviz, dia kirim salam sama lo..."
"ha?!... emmm..." Aurel mikir-mikir "oh Haviz. iya iya iya... emmm, beneran lo... aduuuuh gue seneng banget.... gila, mimpi apa semalam... waw, beruntung banget..." lanjutnnya setelah mengingat kata-kata Haviz tadi.
"ha?!..." Vita bingung "nggax segitunya juga kaleee" lanjutnya sebel.
"lho emang gue harus gimana, bisa kebayang nggak sih, gimana rasanya dapat salam dari idola se kampus?! gila, keren banget kan?! eh trus trus trus, dia bilang apa lagi sama lo... dia nanya apa aja tentang gue? sepertinya dia suka sama gue nggak? ayo dong cerita..." kata Aurel semangat.
"dia bilang... semoga makin cantik" jawab Vita cuek.
"HA?! serius lo? wah bener-bener nggak bisa tidur deh ni malam... eh tapi emang gue secantik itu apa? aduuuuh Haviz... lo kanapa nggak ngomong langsung aja sih sama gue, kenapa pake acara kirim salam segala, eh tapi nggak apa-apa juga deh, kesannya romantis..." balas Aurel.
"ih nggak usah berlebihan deh"
"berlebihan lo bilang? ya ampun Vit, emang loe nggak seneng apa kalau dapat salam dari cowok yang paling keren  Sekampus, pastikan bakal seneng banget..." kata Aurel dengan senengnya, yang sepertinya lebih banyak di buat-buat.
"iya lah tu..." balas Vita sewot.
"kok lo sewot sih, Haviz kan temen lo juga, apa lo nggak seneng ha?"
"ha?! nggak salah nih, apa gue harus seneng kalau Haviz kirim salam sama temen gue sendiri. ia. gue harus seneng gitu?" tanya Vita dengan menahan be-te nya.
"lho... ia dong harusnya..." jawab Aurel dengan bingung.
"0h ya? masa' sih,... yaaa terserah lo deh. gue... sebenernya nggak masalah. sama sekali nggak. cuma gue lagi capek aja..." kata Vita.
"loe nggak ngerasain apa-apa gitu saat Haviz kirim salam sama gue?"
"emang gue harus ngerasain apa? seneng gitu? nggak mungkin"
"oh jadi lo kecewa ya? kenapa?" Aurel semangat.
"kecewa? kenapa gue harus kecewa? yaaa nggak lah, itu lebih lebih lagi nggaxkmungkin. buat apa gue kecewa, kalau lo seneng yaaa itu sih terserah loe... kalau gue kecewa itu nggak bakal pernah terjadi, apa lagi cuma gara-gara Haviz kirim salam sama lo, nggak lah yaw..." kata Vita.
"sama sekali nggak?" tanya Aurel nggax percaya.
"yaaa nggak sih, cuma gue ngerasa kecewanya dikit. cuma dikiiiiiiiit aja..." jawab Vita berbohong.
"0oh..." Aurel kecewa "eh tapi... lo kecewa kenapa? lo cemburu ya?" tanyanya mulai semangat lagi.
"ya nggak lah" jawab Vita cepat "emmm, maksud gue... mana mungkin lah... lo ada-ada aja, gue itu kecewa karena dia nggak langsung ngomong sama lo, kenapa mesti pake acara kirim salam segala, langsung ngomong sama loe kan semua masalah selesai gitu..." ralat Vita.
"yaaah..." Aurel tambah kecewa "oh gitu ya... emmm, tapi gue seneng banget lho..." lanjutnya dengan pasang wajah gembira.
"bagus deh kalau lo seseneng itu, gue juga jadi seneng lihatnya"
"lo beneran seneng?!" tanya Aurel nggax percaya.
"kalau temen gue seneng kenapa gue harus kecewa ia nggak?"
"he he... ia, lo bener..." jawab Aurel berusaha untuk tersenyum.
"hemmm" balas Vita "emmm, rel. lo... suka sama Haviz ya?" tanyanya hati-hati...
"nggak" jawab Aurel cepat, Vita langsung menatapnya kaget dan hati nya seneng banget "emmm, maksud gue... nggak mungkin lah... gue nggak suka sama.... idola kampus kita, gila lo... dia kan keren banget..." ralat Aurel, Vita langsung mengalihkan tantapannya dengan kecewa.
"oh loe suka sama Haviz ya?" tanyanya lagi untuk memastikan.
"i... iya... gue suka... jawab Aurel berusaha untuk tersenyum.
"ooh..." balas Vita.
"bukannya lo juga suka yea sama Haviz?" tanya Aurel.
"ha?! gu gue? mana mungkin lah..." jawab Vita menghindar.
"nggak ya?" tanya Aurel manahan kekecewaannya.
"iya, nggak. mana mungkin lah, ada-ada aja lo..."
"oh gitu... tapi menurut gue dia keren kok" kata Aurel. Vita hanya mengangkat bahunya, lalu mereka nggak melanjutkan obrolannya lagi hingga mereka tiba di rumah Aurel.
"makasih ya, lo udah nganterin gue..." kata Aurel dan keluar dari mobil Vita.
"santai aja lagi..." balas Vita sambil tersenyum.
"eh titip salam ya sama Haviz" kata Aurel sebelum Vita pergi.
"salam?" Vita kaget.
"i iya... loe nggak keberatan kan?" tanya Aurel.
Emm,nggak kok, sama sekali nggak. beneran deh"
"hemmm, ya udah kalau gitu, bilang sama dia, dia itu kereeeeeen banget" kata Aurel dengan penekanan di setiap katanya.
"waw, okey, gue pasti bakal menyampai kannya, udah ya, gue pulang dulu..." kata Vita dan meninggalkan Aurel di depan rumahnya.
"Haviz kirim salam?" tanya Aurel sendiri di depan rumahnya "apa ia bener-bener mau ngelakuin ide gila itu? huuh Haviz-Haviz nggak gentle banget sih lo... tapi... Vita tadi kok nggak cemburu ya? dia juga bilang nggak suka sama Haviz, kasihan sekali Haviz kalau gitu, ah mending gue jangan cerita sama Haviz, kalau nggak bisa-bisa dia kecewa banget" lanjutnya dengan sedih.
"ah ia, mending gue diam aja dulu, gue harus buat Vita merasa cemburu apapun caranya, lama-lama Vita pasti makin suka sama Haviz dan mereka bisa bahagia... huh, aneh-aneh aja..." kata Aurel sambil geleng-geleng kepala, dan melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Di perjalanan Vita menitiskan air mata sangking sedihnya. dia nggax nyangka kalau ternyata Aurel juga mengukai Haviz, lantas bagaimana dengan dirinya, mana Haviz udah kirim salam sama Aurel lagi, apa jangan-jangan Haviz juga suka sama Aurel? kalau benar mereka saling menyukai, berarti Vita....

***



PENYESALAN SELALU DI AKHIR

PART I
"Wuah... Haviz emang bener-bener keren..."Kata cewek-cewek yang berada di kantin saat Haviz tiba di kantin, Hanya dua orang cewek yang tampak biasa aja, Haviz berjalan mendekati mereka dan duduk di samping Vita dan Icha.
"Hei, Sorry iya, Gue telat..." Kata Haviz setelah duduk.
"Kemana aja lo?" Tanya Icha.
"Yaaa biasalah, Urusan sama pak burhan" Jawab Haviz, Karena pak burhan adalah guru olahraga di sekolahnya.
"Ada masalah apa lagi kali ini?" Tanya Vita.
"Nggak sih, Masih masalah kemarin. Olahraga" Jawab Haviz yang jagonya main basket.
"Oooh kirain ada apa..." Balas Vita sambil tersenyum, Karena selidik penuh selidik ternyata Vita juga sangat menyukai Haviz.
"Emmm, Gue pesen makanan bentar iya" Kata Icha sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Eh Aurel mana?" Tanya Haviz sambil celingak-celinguk.
"Heh?!" Vita kaget "Aurel? Emmm, Ga tau. Palingan belum keluar. Yaaa biasanya dia kan datang nya selalu telat, Mungkin bentar lagi ke sini" Jawabnya, dengan sedikit cemburu tentunya.
"Oooh, Eh salam ya sama dia..." Kata Haviz kemudian.
"Salam?" Vita kayak nggak percaya "Ae,... Bisa, Bisa... Apa isinya..." Tanyanya sambil meminum minumannya, Dengan sedikit gugup.
"Moga makin cantik aja..." Jawab Haviz sambil senyum-senyum.
"Uhuk... Uhuk..." Vita langsung tersedak.
"Eh Vit, loe kenapa?" Tanya Haviz cemas.
"Nggak. Gue nggak knapa-knapa kok..." Kata Vita sambil mengelap mulutnya dengan tissue "Eh apa tadi... Salam buat Aurel iya? emm, Okey ntar gue sampein..." Lanjutnya dengan menahan sebel.
"Makasih iya..." Kata Haviz sambil tersenyum. J
"Hemmm..." Vita langsung berdiri karena nggak tahan atas sikap Haviz.
"Lho Vit. Lo mau kemana?" Tanya Haviz.
"Gue? Eee gue... Mau ke toilet, Ia ke toilet bentar"
"Ooh, Jangan lama-lamaiya..." Kata Haviz.
"iyaa" Vita berusaha untuk tersenyumJ, Lalu melangkah pergi meninggalkan Haviz, Haviz terus memperhatikan Vita hingga hilang dari pandangan sambil tersenyum. Karena diam-diam Haviz juga menyukai Vita tapi sayang dia nggak berani ngomong.
"Lo kok senyum-senyum sendiri, Kesambet iya?" Tanya Icha yang baru muncul dengan nampan berisi bakso di tangan.
"Eh, Ee enggak kok,..." Balas Haviz jadi salting.
"Eemmm, Vita mana?" Tanya Icha, Sambil mencari-cari Vita, Setelah meletakkan nampan di atas meja.
"Katanya sih mau ke toilet bentar, Eeh ini buat gue kan satu..." Tanya Haviz sambil mengambil semangkok bakso di atas nampan.
"Eemmm, ia sih..."
"Wah asyiiik nih, Gue laper banget,..." Kata Haviz sambil menambahkan saos, Kicap plus sambal ke dalam mangkok bakso nya.
"Nggak nungguin Vita dulu?" Tanya Icha.
"Eemmm, Nggak deh, Dia kan bilang cuma bentar, Abis gue laper banget..." Kata Haviz dan mulai menyantap bakso nya.
"Ooh, Eemm ya udah, Gue pesen minum dulu iya..." Kata Icha dan mulai pergi lagi, Haviz hanya balas dengan anggukan. Lalu kembali menikmati bakso nya.
"Ya ampuuuun... Loe mau makan atau bunuh diri ?" Tanya seseorang yang nggak tau kapan datangnya, Haviz langsung menoleh.
"Eh Aurel? Loe kapan datangnya?" Tanya Haviz sambil terus memakan bakso nya.
"Gilaa iya, Sampai-sampai gue datang aja loe nggak tau, Eh loe beneran mau bunuh diri iya, masa tiga mangkok sekali makan sih, perut apa karet?" Kata Aurel sambil geleng-geleng kepala.
"Wah gila loe, Gue makan semangkok aja belum abis"
"Trus ini..." Tanya Aurel sambil menunjuk dua mangkok bakso lainnya.
"Ipunya Icha sama Vita, Bukan punya gue..."
"Ooh kirain... Loe mau bunuh diri gara-gara nggak berani bilang suka sama Vita" Jawab Aurel santai.
"Ssssttt... Lo apa-apa an sih, Ntar kalau ada yang denger gimana?"
"Ya biarin, Bukan gue ini..."
"Ah lo emang nggak fair sama temen iya..."
"Ya udah deh maaf, Lagian lo sih, Masa bilang suka aja nggak bisa..."
"Yaaa gue kan cuma takut aja, Takut di tolak, Karena kalau gue di tolak pasti Vita bakal menghindar dari gue, Dan gue udah nggak bisa jadi pacarnya jadi sahabatnya Juga mungkin nggak bisa..." Kata Haviz sambil terus menikmati bakso nya.
"lo tu yaa, ngeleeees aja... " kata Aurel "eh loe kok makan terus sih, mana gue nggak di tawarin lagi, udah gitu nggak pake acara nungguin temennya, emang loe enak makan sendiri kayak gitu?" tanya nya lagi.
"bukan gitu rel, pertama, lo kalau mau, pesen aja sendiri, gue aja di pesenin sama Icha. kedua, gue itu harus makan cepet-cepet karena ntar kalau udah ada Vita gue nggak bisa makan, selain karena gue malu makan bareng dia, gue juga mau ngelihatin dia, kalau gue udah selesai kan gue bisa ngelihatin dia. Nah yang ke tiga, gue laper banget, jadi ngga sempet mau nungguin yang lain" jawab Haviz dan terus makan menghabis kan makanannya Aurel hanya geleng-geleng melihatnya.
"ya udah lah, terserah loe, eh jadi gimana nih, apa rencana loe sekarang. apa loe bakal diemin aja perasaan loe itu?" tanya Aurel.
"ya nggak dong. gue itu kan suka beneran sama Vita, kalau gue diemin aja yang ada gue nya yang sakit hati..." kata Haviz dengan cepat.
"trus loe mau nembak dia? kapan?" tanya Aurel semangat.
"yaaa kalau itu... lihat entar deh. gue juga bingung, lo kan tau sendiri gue itu nggak bisa ngomong kalau di depannya, ya walau bisa pun semaunya nggak seperti yang gue harapkan, sepertinya pikiran gue udah melayang entah kemana..." cerita Haviz.
"uh gaya lo. Lebay kaliii. udah deh mending loe akuin aja ke Vita, yaaa kalau loe beruntung dia bakal jadi milik lo..."
"kalau gue nggak beruntung?"
"yaaa anggap aja lagi sial"
"uh enak banget lo ngomong. yang ngerasain itu gue tau. ntar gue patah hati dua kali dong. ih ogah" kata Haviz.
"jadi lo mau nya apa? diem aja gitu, sampai Vita jadian sama cowok lain, atau... perlu gue yang tanyain ke Vita?" tanya Aurel.
"eh jangan. lo fikir gue apaan, ntar Vita menganggap gue banci lagi, masa bilang suka aja pake acara minta bantuan sama orang lain, udah gitu pasti dia bakal menganggap gue nggak bener-bener mencintainya... di tambah lagi dia nggak bakal suka sama cowok yang penakut"
"nah itu lo tau. tapi... bukannya lo emang kayak gitu iya"
"hush. jangan buka rahasia... sebenernya gue bukan nggak berani apa, gue cuma takut dia nolak gue aja kok"
"ya elah, cowok di tolak itu ma udah biasa kalii, masa lo mau gini terus, emangnya harus Vita yang nembak lo, nggak mungkin kan?"
"yaaa emang sih, tapi yaaa mau gimana lagi, gue nggak bisa ngomong langsung sama dia, sepertinya kalau di hadapannya gue nggak bisa berfikir dengan benar... ya semuanya terasa aneh gitu..."
"hah?! iya... masa' sih..." balas Aurel.
"yee lo tuh iya, gue serius nih" kata Haviz sebel.
"ya udah maaf, jadi lo mau nya gimana sekarang?"
"gue mau tau Vita itu suka sama gue atau nggak. nah setelah gue udah tau kalau dia suka sama gue, baru gue bakal nembak dia... kalau nggak ya... gue..." Haviz tidak meneruskan kata-katanya.
"caranya?"
"dengan sedikit bantuan lo..."
"bantuan gue? apa itu?"
"gini... kita harus membuat Vita cemburu, emmm maksud gue... kita harus melihat apa Vita cemburu kalau gue deket sama cewek gitu..."
"gue masih nggak ngerti"
"aduuuh, lo itu telmi banget sih"
"hehehe :D
"gini iya, kita pura-pura saling suka, lo tertarik sama gue, begitu juga sebaliknya, yaaa terserah gimana pun caranya, lo harus menunjukkan kalau lo suka sama gue di depan Vita, begitu juga dengan gue, nah kita lihat apa Vita cemburu atau nggak. kalau dia cemburu berarti dia suka sama gue, dengan begitu gue bakal menembaknya dan menjelaskan semuanya" terang Haviz panjang lebar.
"gue sih nggak masalah. tapi... gimana kalau Vita nggak memberikan reaksi apapun?" tanya Aurel.
"ya nggak mungkin, kalau nggak kita buat agar Vita cemburu agar tau apa dia suka sama gue atau nggak" kata Haviz.
"sampai kapan? kita nggak mungkin begini selamanya kan, kalau Vita nggak ada reaksi apa-apa..." tanya Aurel.
"sampai... gue yakin gue udah nggax ada harapan lagi" jawab Haviz dengan sedih dan menunduk kan wajahnya Aurel jadi ikutan sedih melihatnya.
"emmm, ya udah. okey gue bakal bantuin lo... apa lagi Vita kan temen deket gue, jadi lo tenang aja. cuma satu yang gue minta, please seandainya ini nggak berhasil lo jangan kecewa... yaaa...." Aurel mengalihkan perhatian Haviz yang mulai terbawa situasi.
"beneran? emm, baik lah, gue janji sama lo. okey? emm, thank's iya" kata Haviz dengan senengnya.
"buat sahabat terbaik gue apa sih yang nggak..." balas Aurel sambil tersenyum.
"nah gitu donk. deal ya?" tanya Haviz sambil mengulur kan tangannya dan tersenyum senang.
"deal" jawab Aurel seneng melihat senyuman Haviz, dan membalas uluran tangan Haviz.
"lho Aurel... lo... kapan datangnya?" tanya Icha yang baru datang sambil membawa nampan berisi air minum, Haviz dan Aurel buru-buru melepas tangannya dengan gugup.
"eh Icha? emmm, gue udah dari tadi kok..." jawab Aurel.
"eh, Vita belum datang ya?" tanya Icha.
"kayak nya sih belum. gue nggak lihat tuh dari tadi... kira-kira kemana tuh anak?" tanya Aurel.
"nggak tau. tadi dia bilang cuma ke toilet bentar, tapi ini nggak tau lah,..." balas Haviz sambil kembali menikmati mi so nya yang tadi sempat tertunda beberapa saat.
"yaaah, mana udah di pesenin lagi..." kata Icha sambil duduk di samping Aurel dan Haviz "eh dari pada nie nggax di makan mending buat lo aja rel, sayang kan..." lanjutnya sambil memberikan semangkuk baso dan es rumput laut nya ke arah Aurel.
"eh, nggak usah deh, ini kan buat Vita, ntar kalau dia datang gimana, gue kan jadi nggak enak" tolak Aurel.
"udah deh lo makan aja, tuh anak nggak bakal ke sini lagi deh"
"oh,ya emang kenapa?" tanya Aurel dan Haviz bersamaan.
"yaaah kayak kalian nggak tau aja, tuh anak kan sekarang hobby banget nangis di toilet, yaaa biasalah..." jawab Icha sambil santai sambil menikmati baso nya.
"What?! nangis?" tanya Haviz kaget, begitu juga Aurel.
"oops...." Icha menutup mulutnya kaget, dan langsung mengambil minum.
"lo bilang, Vita nangis di toilet udah biasa... berarti sering gitu. kenapa? apa ada yang menyakitinya?" tanya Haviz.
"eh, gue bilang gitu ya barusan? masa' sih, perasaan gue nggak ada bilang kalau Vita nangis, kalian salah denger kaliii. gue bilang tadi kan, yaaa kali aja Vita ada urusan gitu, abis tadi sebelum ke sini dia bilang mau ke ruang kepala sekolah" ralat Icha berbohong.
"kepala sekolah?" Haviz curiga "ngapain?" tanyanya.
"gk tau...." balas Icha sambil mengangkat bahunya "udah deh nggak usah di fikirin, mungkin gue yang tadi salah ngomong aja, biasalah,... gue kan kadang-kadang kalau ngomong suka ngasal. eh makan yuk... gue laper ni..." lanjutnya sambil menambahkan saos ke baso milik nya, sebenernya Aurel masih mau nanya karena penasaran sih, tapi nggak enak karena Icha terlihat sangat lapar. dan ia lebih memilih memakan baso Vita yang kini jadi milik nya.
"apa gue nggak cantik ya?" tanya Vita sediri di depan cermin toilet sambil memperhatikan wajahnya sendiri.
"kenapa Haviz malah memuji Aurel? perasaan masih cantikan gue, mana pakek acara kirim-kirim salam segala lagi, nggak tau apa kalau gue suka sama dia, bikin gue cemburu aja. ih nyebelin banget, apa Haviz suka sama Aurel ya? tapi kalau emang ia, kenapa mesti sama sahabat gue sendiri... aduuuuh, kalau emang ia, gue nggak tau lagi deh harus buat apa...
"nggak mungkin kan gue bersaing sama sahabat gue sendiri, apa lagi kalau Aurel juga suka sama Haviz wah bisa patah hati dua kali gue, tapi... ah membayang kan mereka saling suka aja udah buat gue sakit hati gini, apa lagi kalau harus melihat mereka jadian..." kata Vita sambil menitik kan air matanya, yang udah nggak bisa di bendungnya lagi.
"apa gue nggak pantes buat lo ? apa lo suka sama Aurel? sebenernya gimana perasaan lo... lo suka sama Aurel atau... gue?! apa gue hanya bisa berharap? sampai kapan gue harus menunggu elo?" tanya Vita sendiri dengan sedihnya.
"Tuhan... apa yang harus gue lakuin... gue nggak sanggup kalau harus melihat sahabat gue jadian sama orang yang sangat gue sukai, tapi gue juga nggak bisa, kalau harus pacaran sama orang yang di sukai sahabat gue...
"Haviz, loe harus buktiin ke gue siapa yang lo suka, kalau le beneran suka sama Aurel dan Aurel suka sama lo, gue rela deh pergi dari kehidupan kalian agar kalian bahagia,... gue janji gue bakal pergi, tapi setelah kalian membuktikan kalau kalian saling menyukai...
"Apa gue ngaku aja ya, Kalau gue menyukai Haviz... Emmm, Tapi... Kalau Haviz nggak suka sama gue ntar kan bikin malu namanya, Udah nggak bisa jadi pacar, Jadi temen pun udah nggak mungkin... Huuh... Apa yang harus gue lakuiiin...." Kata Vita dengan sedinya, Lalu mengusap air matanya dan melangkah meninggalkan toilet.
***